Trump Berencana Caplok Greenland, Begini Respons Rusia

MOSKOW – Kremlin menyatakan pada Kamis bahwa mereka memantau dengan seksama langkah Presiden AS terpilih, Donald Trump, yang berencana mencaplok Greenland.

Awal pekan ini, Trump menyebut dirinya tidak menutup kemungkinan menggunakan kekuatan militer untuk merebut pulau strategis di Arktik tersebut.

Pulau yang merupakan wilayah otonom Denmark itu disebut Trump penting bagi ekonomi dan keamanan nasional AS.

Pernyataan Trump mendapat respons dari beberapa tokoh pro-Kremlin di Rusia. Beberapa pihak dekat dengan Presiden Vladimir Putin bahkan menyebut bahwa langkah AS tersebut dapat menjadi pembenaran bagi ambisi ekspansionis Rusia.

Langkah ini juga disebut sejalan dengan keinginan Rusia untuk mengembalikan wilayah bekas Uni Soviet, seperti negara-negara Baltik, ke dalam pengaruhnya.

Di sisi lain, sejumlah pemimpin Eropa menentang gagasan Trump. Mereka mengingatkan bahwa upaya untuk menguasai Greenland akan melanggar perbatasan internasional. Denmark dan Greenland sendiri menegaskan bahwa pulau itu, yang menjadi lokasi pangkalan militer AS, “tidak untuk dijual.”

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa Rusia terus mengamati perkembangan situasi ini.

“Kami memantau retorika dari Washington terkait isu ini dengan penuh perhatian,” ujar Peskov melalui pernyataan tertulis yang dikirim ke CNBC, Kamis (9/1/2025).

Dalam komentar publik pertama Kremlin terkait masalah ini, Peskov sebelumnya mengatakan kepada wartawan bahwa pernyataan Trump lebih terkait hubungan bilateral antara AS dan Denmark, sebagaimana dikutip dari kantor berita Rusia, Tass.

“Syukurlah, untuk saat ini situasi ini masih sebatas pernyataan,” tambahnya.

Sebelumnya, pada Desember lalu, Trump menyebut melalui media sosialnya, Truth Social, bahwa “kepemilikan” Greenland penting bagi keamanan ekonomi dan nasional AS. Pernyataan ini merupakan pengulangan dari rencana yang pernah ia lontarkan saat masa jabatan pertamanya sebagai presiden.

Pada Selasa lalu, Trump kembali menegaskan bahwa ia tidak mengesampingkan kemungkinan menggunakan kekuatan militer untuk merebut Greenland, bahkan juga Terusan Panama. Ia juga menyebut gagasan menjadikan Kanada sebagai negara bagian ke-51 dan mengubah nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika.

Gagasan tersebut menuai kritik dari Eropa. Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, mengatakan bahwa Uni Eropa tidak akan membiarkan pelanggaran terhadap kedaulatan wilayahnya.

Rusia, di sisi lain, tampaknya memandang pernyataan Trump ini dengan perhatian khusus, mengingat kepentingan strategis mereka di kawasan Arktik. Selama beberapa dekade terakhir, Rusia telah memperluas pengaruh politik, ekonomi, dan militernya di wilayah tersebut.

Greenland adalah bagian dari Kerajaan Denmark, tetapi memiliki hubungan erat dengan AS. Setelah Perang Dunia II, AS membangun instalasi militer di pulau itu melalui perjanjian pertahanan yang ditandatangani pada tahun 1941, ketika Denmark diduduki Nazi Jerman.

Denmark dengan tegas menolak rencana Trump. Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, menyebut gagasan tersebut sebagai “absurd” ketika pertama kali diutarakan pada 2019. Sikap ini diperkuat oleh pernyataan Perdana Menteri Greenland, Mute Egede, yang menyatakan, “Greenland tidak dijual dan tidak akan dijual. Greenland adalah milik rakyatnya.

Komentar Trump tampaknya mendorong Denmark untuk meningkatkan pertahanan di kawasan Arktik. Setelah pernyataan Trump pada Desember, Denmark mengumumkan rencana peningkatan anggaran militer di Greenland.

Selain itu, pada Senin, Raja Frederik X memperbarui lambang kerajaan untuk memberikan penekanan lebih besar pada Greenland dan Kepulauan Faroe sebagai bagian integral dari Kerajaan Denmark. (*)

 

Sumber: CNBC Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *