IDI RAYEUK – Pj. Bupati Aceh Timur, Ir. Mahyudin M.Si, telah menegaskan komitmennya dalam mengatasi masalah stunting di wilayahnya. Dalam kegiatan Rembuk Stunting dan Koordinasi TPPS Kabupaten Aceh Timur pada Senin (19/6/2023), Pj. Bupati menyatakan sepakat bahwa setiap anak yang mengalami stunting akan memiliki Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) sebagai langkah konkret dalam penanganan masalah ini.
Langkah ini diambil sebagai upaya untuk memberikan perhatian khusus dan dukungan yang diperlukan bagi anak-anak yang mengalami stunting. “Kami sepakat bahwa semua anak yang mengalami stunting harus memiliki Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS),” katanya.
Dengan adanya program BAAS, diharapkan setiap anak stunting akan mendapatkan pendampingan dan bantuan yang dibutuhkan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangannya. Program ini juga bertujuan untuk memberikan asupan gizi tambahan yang setara dengan 2 butir telur setiap harinya selama 6 bulan. Pj. Bupati Aceh Timur berharap bahwa melalui kehadiran BAAS, anak-anak yang mengalami stunting dapat terbebas dari masalah kesehatan yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Kegiatan ini juga dihadiri Plt. Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh Husni Thamrin, SE, MM beserta jajarannya, Ketua TPPS setempat, Sekda Aceh Timur, T. Reza Riski. SH. M.Si, Kadis DPAKB Aceh Timur, Muslidar SH dan pejabat terkait lainnya.
Menanggapi kondisi prevalensi stunting yang masih tinggi, Pj. Bupati Aceh Timur mengakui bahwa perlu langkah yang lebih berfokus dan terkoordinasi untuk mengatasi masalah ini. Berdasarkan data terbaru, angka stunting di Kabupaten Aceh Timur mencapai 33,6 persen pada tahun 2022, yang menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya.
Namun, katanya, masih terdapat tantangan besar yang harus dihadapi dalam menurunkan angka stunting lebih lanjut. Dalam upaya memastikan semua anak stunting mendapatkan perhatian yang layak, Pj. Bupati Aceh Timur memberikan dukungan penuh terhadap program BAAS yang bertujuan memberikan pendampingan bagi anak-anak yang mengalami stunting.
Disamping itu, Pj. Bupati Aceh Timur, Ir. Mahyudin M.Si, mengungkapkan bahwa prevalensi stunting pada tahun 2021 menjadi perhatian utama bagi pemerintah daerah. Berdasarkan sumber data SSGI (Sistem Surveilans Gizi Indonesia), persentase prevalensi stunting pada tahun 2019 mencapai 25,5%, namun meningkat menjadi 38% pada tahun 2021. Namun, pada tahun 2022, data SSGI menunjukkan penurunan menjadi 33,6%.
Ir. Mahyudin M.Si juga menyebutkan bahwa data dari sumber lain, yaitu EPPGBM (Evaluasi Penyuluhan Pengelolaan Gizi Berbasis Masyarakat) Kementerian Kesehatan, menunjukkan tren yang sedikit berbeda.
Prevalensi stunting di Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2019 mencapai 30,00% namun menurun menjadi 22,60% pada tahun 2021. Pada akhir periode input tahun 2022, terjadi penurunan lebih lanjut menjadi 10,81%.
“Melihat kondisi yang demikian, saya sangat mengharapkan peningkatan kinerja dari kita bersama sesuai dengan tupoksi nya untuk melaksanakan intervensi,” ujarnya.
Mahyudin mengatakan, peningkatan kinerja sangat penting guna mencapai target prevalensi stunting di Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2024, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Presiden melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting.
“Target tersebut adalah menjaga agar prevalensi stunting pada tahun 2024 berada di bawah 24%,” katanya.
Lebih lanjut, Pj. Bupati menekankan pentingnya koordinasi dan konvergensi dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kecerdasan generasi muda melalui rembuk stunting. Dalam tema rembuk stunting tersebut, tujuan utama adalah menuju generasi yang sehat dan cerdas.
“Ketahui bersama bahwa stunting ini dampaknya sangat besar terhadap tumbuh kembang anak sebagai generasi masa depan bangsa. Saya berharap banyak. Kerja sama terhadap intervensi penurunan stunting dapat berjalan antar sektor sehingga harapan kita bersama sebagaiman yang di amanatkan dalam perpres nomor 72 tahun 2022,” harapnya.
Perlu adanya BAAS
Sementara itu, Plt. Kepala Perwakilan BKKBN provinsi Aceh, Husni Thamrin, SE, MM, mengatakan Rembuk Stunting merupakan kegiatan tahunan yang penting untuk menyatukan langkah dan komitmen dalam mencegah serta menurunkan prevalensi stunting. Dalam penanganan stunting, sangat perlu diupayakan adanya program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) di Aceh Timur.
“Kegiatan ini dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memastikan pelaksanaan intervensi pencegahan dan penurunan stunting dapat dilakukan secara bersama-sama dan secara konvergen antara pnanggung jawab layanan dengan sector Lembaga non pemerintah, pemerintah desa dan masyarakat,” katanya.
Husni Thamrin juga mengungkapkan bahwa Kabupaten Aceh Timur telah berhasil menurunkan angka stunting sebesar 4,6 persen, dari 38,2 persen pada tahun 2021 menjadi 33,6 persen pada tahun 2022. Angka penurunan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan penurunan rata-rata Aceh, yang hanya sebesar 2 persen dari 33,2 persen menjadi 31,2 persen.
Namun demikian, jika melihat luas wilayah Aceh Timur dengan 27 kecamatan dan 513 desa, data pada bulan April 2023 menunjukkan adanya 10.696 ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK). KEK ini memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan serta perkembangan janin.
Sebanyak 315 ibu hamil dengan KEK ini menghadapi risiko melahirkan anak dengan kondisi stunting. Selain itu, terdapat 2.720 anak yang juga mengalami stunting dan perlu upaya untuk membebaskan mereka dari kondisi tersebut.
Husni Thamrin menekankan bahwa hal ini bukanlah perkara yang mudah dan membutuhkan perhatian khusus serta komitmen dari semua pihak. Diperlukan langkah-langkah yang tepat, dimulai dari pencegahan dengan menyasar anak remaja, terutama yang akan menikah, untuk melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi tiga bulan sebelum pernikahan.
Hal ini bertujuan agar pasangan tersebut siap secara fisik dan kesehatan untuk menikah serta hamil, sehingga anak yang dilahirkan dapat terhindar dari stunting. Selain itu, perlu diupayakan adanya program BAAS di Aceh Timur.
Saat ini terdapat 11 BAAS yang merawat 176 anak stunting, namun masih terdapat 2.544 anak stunting lainnya yang membutuhkan bantuan BAAS.
“Untuk itu, melalui Bapak Bupati, mari kita bangun kebersamaan dan mengajak semua pihak, multisektor dan multi pihak agar menjadi BAAS, guna membantu keluarga yang punya anak stunting dengan bantuan setara 2 telur setiap harinya selama Enam bulan, Insya allah anak tersebut bebas stunting,” tutupnya. (mel)