JAKARTA – Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa (Pemdes) Kementerian Dalam Negeri, La Ode Ahmad P. Bolombo, menggarisbawahi pentingnya penerapan pendekatan Quintuple Helix dalam membangun desa-desa yang terletak di perbatasan serta kepulauan kecil.
Pernyataan ini disampaikan oleh La Ode dalam acara Festival Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI 2024 dengan tema “Sosia Saintika: Kelindan Asa dalam Karya Anak Bangsa”, yang diadakan di Ruang Apung Perpustakaan UI, Depok, Jawa Barat, pada hari Rabu.
La Ode menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor melalui konsep Quintuple Helix bukan sekadar semboyan semata, tetapi merupakan strategi penting yang melibatkan lima elemen utama: pemerintah, akademisi, sektor industri, masyarakat, dan lingkungan.
“Setiap elemen harus memahami dan menjalankan peran masing-masing, karena pemerintah memiliki keterbatasan sumber daya dan lebih berperan sebagai pembuat kebijakan,” ujar La Ode.
Untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, La Ode menambahkan bahwa dibutuhkan sinergi serta kolaborasi nyata dari berbagai pihak. Quintuple Helix diharapkan mampu diintegrasikan dari tahap perencanaan hingga evaluasi.
“La Ode mengungkapkan bahwa melalui kolaborasi yang selaras di antara berbagai pihak, pembangunan di wilayah perbatasan serta kepulauan kecil dapat berjalan lebih efektif dan efisien,” katanya dalam keterangan yang disampaikan di Jakarta.
Di wilayah perbatasan dan kepulauan kecil, terdapat 1.952 desa yang memerlukan perhatian khusus, kata La Ode. Dia juga mencontohkan bahwa dalam menangani masalah stunting, peran aktif seluruh elemen masyarakat sangat diperlukan, dari pemerintah pusat hingga desa.
Selain itu, La Ode juga menyoroti pentingnya pengendalian inflasi di tingkat kabupaten/kota, di mana desa memiliki peran vital dalam memastikan ketersediaan kebutuhan pokok dengan melakukan pendataan di tingkat keluarga.
Di luar konsep Quintuple Helix, La Ode menyoroti program pelatihan untuk meningkatkan kapasitas aparatur desa yang saat ini sedang digagas oleh Kementerian Dalam Negeri. Program ini bertujuan untuk memperkuat tata kelola pemerintahan dan pembangunan di desa.
Pada tahun 2024, pelatihan yang dilaksanakan dalam rangka program P3PD mencakup 9 topik utama, termasuk penyusunan peraturan desa, perencanaan pembangunan yang inovatif dan visioner, pengelolaan keuangan desa yang transparan, hingga pemberdayaan Gerakan PKK dan Posyandu, serta kewirausahaan desa dan pengelolaan data desa.
“Melalui pelatihan peningkatan kapasitas ini, kami berharap dapat memberikan kontribusi nyata pada pembangunan nasional. Desa yang maju akan mendorong kemajuan daerah, dan pada akhirnya mendorong Indonesia menjadi lebih maju,” pungkasnya.
Festival Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI 2024 juga menampilkan pameran produk serta prototipe hasil pengabdian masyarakat yang menawarkan solusi inovatif untuk pembangunan desa. ***
Sumber: Antaranews.com