Bursa Saham Global Anjlok & Transaksi Sepi, IHSG Bergerak Tak Menentu

Ekonomi, headline44 Dilihat

JAKARTA – Bursa saham di berbagai belahan dunia banyak yang berakhir dengan hasil suram akibat ancaman resesi. Hal ini menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan bergerak tak menentu, dan volume transaksi harian ikut menurun.

Pada akhir perdagangan Jumat (2/8/2024), IHSG ditutup di posisi 7.308,12, turun 0,24% dalam sehari, namun masih naik tipis 0,27% dalam sepekan.

Selama beberapa hari terakhir, pergerakan IHSG cukup fluktuatif. Sering kali IHSG dibuka menguat di awal sesi, namun segera berbalik melemah.

Transaksi perdagangan pun sepi, dengan nilai turnover rata-rata beberapa hari terakhir tidak lebih dari Rp10 triliun. Pada Jumat ini, nilai transaksi dari pagi hingga sore hanya mencapai Rp9,73 triliun.

Jumlah tersebut mencerminkan 14,27 miliar lembar saham yang berpindah tangan sebanyak 900.661 kali. Terdapat 240 saham yang menguat, 295 saham melemah, dan 255 saham stagnan.

Pergerakan IHSG masih belum stabil setelah the Fed menahan suku bunga, meskipun bank sentral AS tersebut memberikan sinyal dovish yang lebih jelas.

Pasar tampaknya merespons penurunan bursa saham dunia yang diantisipasi dapat berdampak pada pasar keuangan Indonesia.

Bursa saham global mengalami penurunan pada akhir pekan ini setelah terjadi aksi jual besar-besaran pada saham teknologi. Penjualan besar ini dipicu oleh kekhawatiran akan melambatnya ekonomi Amerika Serikat (AS) dan ancaman resesi.

Bursa AS Wall Street jatuh secara bersamaan pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (2/8/2024). Indeks Dow Jones turun 1,51%, sementara indeks Nasdaq merosot 2,43%, dan indeks S&P 500 turun 1,51%.

Bursa Eropa juga mengalami penurunan. Indeks FTSE di London, Inggris turun 1,31%, Indeks DAX di Jerman anjlok 2,33%, dan indeks CAC di Prancis turun 1,61%.

Bursa Asia juga berwarna merah. Indeks Nikkei Jepang menjadi yang terparah dengan penurunan 5,81%. Indeks KOSPI Korea turun 3,65%, sementara Indeks Taiwan turun 4,43%. Indeks Hang Seng di China turun 2,08%, indeks Strait Times di Singapura turun 1,12%, dan IHSG turun 0,24%.

Penurunan bursa saham ini disebabkan oleh ancaman resesi AS dan kekhawatiran bahwa pelonggaran kebijakan moneter the Fed akan berdampak keras.

Hal ini dipicu oleh data klaim pengangguran AS yang naik melebihi ekspektasi, sementara data pekerjaan di luar sektor pertanian juga menurun jauh dari yang diharapkan. Pasar mulai khawatir jika kondisi ini akan menyebabkan kepanikan yang memicu resesi.

Namun demikian, untuk IHSG, dari sisi investor asing dalam sepekan sudah mencatat net buy sebesar Rp2,67 triliun di seluruh pasar, menunjukkan aliran dana asing yang semakin deras.

Rinciannya, Rp421,95 miliar dari pasar reguler, sementara sisanya Rp2,25 triliun dari pasar nego dan tunai.

Saham perbankan besar masih menjadi incaran investor asing minggu ini. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memimpin dengan akumulasi asing mencapai Rp635,5 miliar, diikuti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan Rp284,3 miliar.

Selain perbankan, dalam sepekan asing aktif membeli saham PT Astra International Tbk (ASII) sebesar Rp243,1 miliar, PT United Tractors Tbk (UNTR) sebesar Rp102,3 miliar, dan PT Adro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebesar Rp91,5 miliar. ***

 

Sumber: CNBC Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *