LOGIS.ID – Peristiwa Tsunami merupakan peristiwa mendalam dan bersejarah dalam kehidupan masyarakat Aceh. Setiap tahun masyarakat Aceh memperingatinya dengan penuh khidmat.
Peristiwa tsunami dapat dijelaskan dengan pendekatan ilmiah dan rasional sebagaimana di urai dalam berbagai jurnal peneitian terkait, dan dengan pendekatan ruhaniah apapun bentuk musibah yang menimpa setiap insan berada dalam kehendak Allah.
QS. Al Hadid ayat 22-23, Allah katakan “Semua bencana yang menimpa dirimu, telah ditetapkan dalam lauhul mahfudz, agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput darimu, dan tidak pula terlalu gembira atas apa yang diberikan padamu. Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.
Hal senada Allah juga nyatakan QS. Al Mulk ayat 2, Allah ciptakan hidup dan mati untuk mengujimu, siapa diantaramu yang terbaik amalannya.
Muhammadiyah, dalam Fiqih Kebencanaan berpandangan bahwa bencana adalah wujud kasih sayang Allah kepada manusia, orang-orang yang beriman. Bagi orang yang beriman setiap musibah yang menimpanya dipahami sebagai kebaikan dari Allah.
Fiqih kebencanaan adalah usaha Muhammadiyah dalam memberikan panduan kepada umat manusia dalam menghadapi bencana yang diterbitkan oleh PP Muhammadiyah melalui Musyawrah Nasional (Munas) Tarjih Muhammadiyah ke 29 pada Tahun 2015.
Sebagai kaum beriman, musibah harus dimaknai sebagai keberadaan dirinya yang telah diciptakan Allah dengan segala kemuliaan-Nya. Sekaligus selalu waspada terhadap segala cobaan dari Allah, sehingga kita selalu dalam kondisi _bertaqarub_ kepada Allah.
Hal mendasar yang harus kita ingat, apapun musibah yang menimpa kita selaku orang yang beriman, haruslah dipastikan 2 hal yaitu memastikan kualitas kesungguhan kita dalam menjalani kehidupan terlebih dalam mengatasi musibah dan memastikan kesabaran dengan kualitas kesabaran yang tinggi. (*)
Penulis : Mudhafar Anzari, Ketua PDPM Banda Aceh