IHSG Merosot 1,44%, Pasar Menanti Hasil Pilpres AS

Ekonomi, headline53 Dilihat

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan lebih dari 1% pada perdagangan Rabu (6/11/2024), di tengah sikap hati-hati investor terkait pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi Indonesia.

Pada penutupan, IHSG melemah 1,44% ke level 7.383,87, mendekati ambang psikologis 7.300. Transaksi perdagangan hari ini mencatatkan nilai sekitar Rp 12 triliun dengan total 26 miliar saham yang berpindah tangan dalam 1,3 juta transaksi. Ada 197 saham yang menguat, 398 saham melemah, dan 195 saham lainnya stagnan.

Sektor teknologi menjadi penekan utama IHSG dengan penurunan mencapai 2,96%. Di sisi saham individual, empat bank besar turut memberikan tekanan, yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan kontribusi negatif 31,1 poin, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan 14,4 poin, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan 9,7 poin, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan 6,6 poin.

Penurunan IHSG terjadi seiring dengan sikap wait and see investor terhadap pemilu AS serta data ekonomi domestik yang menunjukkan perlambatan.

Pemilu AS dilaksanakan pada hari Selasa lalu, dengan proses penghitungan suara yang dimulai setelah penutupan tempat pemungutan suara pada pukul 18.00 waktu bagian timur AS.

Sistem pemilihan di AS tidak langsung, melainkan menggunakan sistem Electoral College, di mana 538 anggota akan memilih presiden dan wakil presiden berdasarkan suara rakyat.

Jika hasil pemilu menunjukkan persaingan ketat antara dua kandidat, bisa jadi proses pengumuman pemenang memerlukan beberapa hari.

Pada pemilu 2020, misalnya, kemenangan kandidat Demokrat Joe Biden baru diumumkan pada 7 November, meskipun pemungutan suara selesai pada 3 November.

Di sisi lain, data ekonomi Indonesia menunjukkan perlambatan pada kuartal III-2024 akibat melambatnya konsumsi rumah tangga.

Hal ini menjadi tantangan awal bagi Presiden Prabowo Subianto dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi, mengingat konsumsi merupakan motor utama ekonomi Indonesia.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), produk domestik bruto (PDB) Indonesia hanya tumbuh 4,95% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2024, menjadi yang terendah dalam setahun terakhir.

Sebagai perbandingan, pertumbuhan pada kuartal III-2023 tercatat sebesar 4,94%, sementara kuartal IV-2023 mencapai 5,04%, kuartal I-2024 sebesar 5,11%, dan kuartal II-2024 di angka 5,05%.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh di bawah 5% atau tepatnya 4,91% yoy. Padahal, konsumsi menyumbang sekitar 53,08% dari total PDB Indonesia. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan rata-rata historis konsumsi yang berada di atas 5%.

Kondisi konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2024 setara dengan kuartal I-2024 dan menjadi yang terburuk sejak kuartal IV-2023. Situasi ini mengindikasikan bahwa permintaan dalam negeri masih lemah. (*)

 

Sumber: CNBC Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *