BANDA ACEH – Menjelang pemilihan kepala daerah untuk tingkat provinsi Aceh mendatang, muncul Dua tokoh yang tidak asing lagi bagi masyarakat Aceh yakni tokoh nasional Prof. Dr. Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, MSc, PhD, IPU dan ulama Aceh Tgk. H. Muhammad Yusuf bin A. Wahab atau akrab disapa Tu Sop. Kedua tokoh ini berkomitmen melakukan perubahan bila diamanahkan memimpin Aceh kedepan.
Prof Sanny sapaan akrab Prof. Dr. Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny dikenal sebagai seorang akademisi dan teknokrat yang memiliki rekam jejak panjang dalam dunia pendidikan dan penelitian. Sementara itu, Tu Sop adalah seorang ulama kharismatik yang dihormati karena pengetahuannya yang mendalam tentang agama dan peran aktifnya dalam masyarakat.
Prof Sanny telah berkiprah sebagai supervisor pada proyek-proyek strategis di ibukota seperti kereta api cepat Jakarta-Bandung, MRT Jakarta, LRT dan beberapa proyek strategis di tingkat internasional seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan Singapura.
Tokoh asal Piyeung, Montasik Aceh Besar ini adalah guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga seorang hafiz Qur’an. Prof. Sanny memiliki konsentrasi keilmuan di bidang Seismologi Eksplorasi dan Rekayasa. Tokoh ini, merupakan figur yang tidak asing lagi di tingkat nasional dan internasional.
Di Asia, Dia dikenal sebagai pakar migas internasional dan pakar pertanian. Dengan pengalaman dan keahliannya, putra kelahiran Piyeung Aceh Besar ini, memiliki visi besar untuk membawa perubahan yang berarti bagi Aceh.
Segudang prestasi dimiliki Profesor yang cukup dikenal di kalangan Benua Asia ini. Dari banyak pengalaman yang dimiliki, beberapa diantaranya dirincikan bahwa Prof Sanny berpengalaman luas di berbagai bidang, baik di akademisi maupun industri. Berikut adalah beberapa posisi penting yang pernah dan masih dijabatnya Staff Dosen Departemen Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Pertambangan & Perminyakan, ITB (1986 – kini).
Prof. Sanny telah mengabdikan diri sebagai dosen di ITB selama lebih dari tiga dekade, memberikan kontribusi besar dalam pengembangan pendidikan dan penelitian di bidang teknik geofisika. Beberpa Amanah yang diemban diantaranya Kepala KPP. Kebijakan Industri ITB (2002 – 2004). Sebagai kepala KPP, ia berperan dalam merumuskan kebijakan industri yang inovatif dan berkelanjutan di ITB.
Selanjutnya pernah jadi Komisi Penelitian ITB (1999-2001), Penasihat Pusat Pengembangan Indonesia untuk Kreativitas (PPIK) (2002 – kini), Business Manager and Experts in Exploration & Exploitation, PT. LAPI-ITB (2000-2004).
Prof. Sanny juga pernah jadi Dewan Pakar Forum Konsultasi Daerah Penghasil Migas (FKDPM) (2001-kini), Peneliti Ahli Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS) (2002-kini), Presiden Direktur Bandung High Tech Valley (BHTV) (2005-kini), Staf Ahli Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (2005-2009).
Pasca Tsunami Aceh, Prof. Sanny juga masuk Team Pokja Blue Print “Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Sumatra Utara” (R3MAS) (2005-2007). Selanjutnya Konsultan PT. Pertamina (1997-kini). Konsultan Perusahaan Migas, Conoco-Phillips Indonesia (2010-2012). Konsultan Perusahaan Migas, Medco (2011-2015) dan pengalaman lainnya.
Prof. Sanny adalah seorang tokoh nasional dengan kontribusi yang luas dan signifikan dalam bidang pendidikan, penelitian, dan industri di Indonesia. Dedikasinya dalam berbagai posisi strategis menunjukkan komitmennya untuk memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebijakan industri di Indonesia. Untuk mengenal sosok tokoh nasional asal Aceh yang satu ini, bisa mengunjungi website https://sites.google.com/view/teukuabdullahsanny/t-a-s.
Ulama Aceh
Selain Prof. Sanny, tokoh lain yang tidak asing lagi bagi masyarkat Aceh adalah Tu Sop, nama panggilan untuk seorang ulama Aceh yang memiliki nama asli Tgk. H. Muhammad Yusuf bin A. Wahab.
Dikutip dari buku ‘Paradigma Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb” karangan Dr. Teuku Zulkhairi, selain memimpin dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen, Tu Sop juga menjabat sebagai Ketua terpilih Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) periode 2018-2023, sebuah organisasi yang menaungi ulama-ulama pimpinan dayah Salafiyah di Aceh.
Tu Sop dilahirkan di Desa Blang Me Barat, Kecamatan Jeunieb, Bireuen pada tahun 1964. Setelah menamatkannya mulai dari Tingkat Sekolah Dasar hingga Santri Dayah di Aceh lalu menariknya, ia belajar dari para Syaikh di Mekkah Al-Mukarramah, Saudi Arabia.
Setelah menyelesaikan sekolah menengahnya pada tahun 1980, Tu Sop kemudian masuk ke Dayah MUDI Mesra, Mideun Jok, Kec. Samalanga, Kab. Bireuen. Di Dayah MUDI Mesra, belajar pada banyak guru dan pada 1985, sambil belajar ia kemudian sudah mulai mengajar di dayah tersebut.
Setelah beberapa lama belajar dan mengajar di dayah pimpinan Ulama Kharismatik, Abon Samalanga tersebut, pada tahun 1993 Tu Sop berangkat ke Mekkah Al-Mukarramah untuk memperdalam ilmu agama selama 4 (empat) tahun kepada ulama terkenal yang mengajar di Masjidil Haram.
Pada tahun 1997 pulang dari Mekkah dan kembali mengabdi di Dayah MUDI Mesra. Pada pertengahan tahun 2001 ia secara resmi memimpin Dayah Babussalam Al-Aziziyah, Kecamatan Jeunieb, Bireuen. Kepemimpinan beliau di dayah ini adalah melanjutkan kepemimpinan ayahanda beliau yang saat itu ingin memfokuskan diri pada dayah Babussalam Putri yang kompleknya juga tidak berjauhan dari komplek dayah Babussalam Al-Aziziyah (Putra).
Selain menjabat sebagai Ketua HUDA dan memimpin secara aktif Dayah Babussalam Al-Aziziyah di Jeuneib, Tu Sop juga tercatat sebagai Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) yang fokus pada gerakan sosial, antara lain membangun rumah dhuafa yang saat ini telah dibangun mencapai 65 unit rumah layak huni bagi kaum dhuafa di seluruh Aceh.
Meskipun jumlahnya belum terlalu banyak, tapi gerakan ini terus membesar dan menjadi solusi atas segudang persoalan kemiskinan yang dihadapi bangsa Aceh dewasa ini. Gerakan ini akan menemani gerakan sosial lainnya yang lebih duluan muncul dalam kerangka “berlomba-lomba dalam kebaikan”, sesuai visi Tu Sop sendiri.
Proses pembangunan rumah dhuafa ini dilakukan dengan cara mengumpulkan donasi dari para jama’ah pengajiannya. Selain itu, donasinya juga dikumpulkan oleh para relawan BMU yang tergabung dalam Gerakan Peduli Ummat (GPU) dari para dermawan lainnya. GPU sendiri diketuai oleh Murthala sedangkan BMU diketuai oleh ulama muda yang akrab disapa Abiya Rauhul.
Sebagai Imam Besar di BMU, Tu Sop menjadi tokoh sentral yang berperan sebagai penggerak roda organisasi sosial ini. Beliau mendorong dan memotivasi para relawan untuk terus menerus melakukan gerakan sosial mengumpulkan donasi untuk membangun rumah dhuafa.
Dalam bidang keagamaan, Tu Sop aktif mengisi pengajian di berbagai tempat. Lintas kabupaten dan provinsi. Bahkan beliau tidak jarang juga diundang oleh masyarakat Aceh di Pulau Jawa dan Malaysia untuk mengisi pengajian dan memberikan tausyiah-tausyiah agama Islam.
Baik pengajian dengan afiliasi Majelis Tastafi, Sirul Mubtadin, atau dengan nama-nama yang lain. Bahkan Tu Sop juga diundang mengisi pengajian majelis Jama’ah Tabligh dan pengajian organisasi Hidayatullah yang merupakan organisasi keagaman berbasis nasional.
Harapan Aceh
Banyak Elemen Masyarakat dan Organisasi Masyarakat (ORMAS) berandai-andai kalau seandainya Prof. Teuku Abdullah Sanny bersanding dengan Tu Sop Jeunieb untuk maju sebagai Cagub dan Cawagub Aceh pada Pilkada 2024 ini, menjadi pasangan yang menarik.
Seperti disampaikan Demisioner Ketua Senat Universitas Muhammadiyah Aceh Tajul Fuzari, mengatakan sangat ideal apabila tokoh nasional, teknokrat dan akademisi dipasangkan dengan tokoh intelektual keagamaan.
“Prof. Sanny adalah salah seorang Tokoh Nasional, Teknokrat dan Akademisi, yang mana beliau banyak dilibatkan dalam Projek Strategis Nasional oleh Pemerintahan Joko Widodo, dan beliau juga seorang Guru Besar ITB di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, beliau juga Pakar Ekonomi, Pertanian dan Pakar Migas Internasional,” ujar Tajul Fuzari, Senin (1/7/2024).
Sedangkan Tu Sop Jeunieb adalah Tokoh Intelektual Keagamaan, yang mana saat ini banyak masyarakat mengharapkan beliau maju pada Pilkada 2024.
“Saya melihat kedua tokoh ini sangat layak untuk dipasangkan sebagai Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Aceh pada Pilkada 2024. Mengingat Aceh adalah Negri Serambi Mekah, jadi sangat Ideal apabila kedua tokoh tersebut berpasangan pada Pilkada 2024 ini,” tegas Tajul. (rd)