BANDA ACEH – Kontingen Kabupaten Aceh Besar yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Drs Sulaimi MSi ikut memeriahkan pengelaran Pawai Budaya yang menjadi salah satu rangkaian acara Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 yang menampilkan keanekaragaman dan keunikan budaya dan tradisi dari kabupaten/kota yang ada di Aceh.
Pawai ini diikuti 23 kabupaten/kota dan berbagai komunitas, dengan jumlah peserta berkisar 2.025 orang, dan berjalan sepanjang 5 kilometer di jalan-jalan protokol Kota Banda Aceh, Minggu (05/11/2023).
Pawai dimulai dari Lapangan Blang Padang pada pukul 08.00 WIB, melewati Tugu Simpang Jam, Jalan Tengku Abu Lam U (Balai Kota), Jalan Mohammad Jam, Jalan Syech Muda Wali, Jalan Prof A Majid Ibrahim II, dan kembali finish ke Lapangan Blang Padang, dilepas langsung oleh Ketua DPRA Zulfadhli, AMd.
Kemudian, para peserta pawai budaya disambut oleh Plt Gubernur Aceh Achmad Marzuki, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Kemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Didik Suhardi, Wali Nanggroe Malik Mahmud Al-Haytar dan unsur Fokopinda Aceh serta Bupati dan Wali Kota di depan Masjid Raya Baiturrahman.
Sementara Pj Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto SSTP MM bersama isterinya Cut Rezky Handayani SIP MM berdiri di sisi kiri pangung sambil melambaikan tangan kepada para kontingen Aceh Besar dengan mengenakan pakaian tema bungong lawang yang merupakan salah satu rempah di Aceh Besar.
Pada pawai budaya itu, kontingen dari Kabupaten Aceh Besar mengambil tema “Jalur rempah” yang memperlihatkan berbagai rempah yang ada di Aceh Besar dan menampilkan sebuah perayaan yang mengambarkan kekayaan adat budaya yang merupakan wujud usaha dari masyarakat.
“Tujuannya untuk memperkenalkan kekayaan warisan budaya, adat dan tradisi masyarakat Aceh Besar dan para peserta mengunakan pakaian adat Aceh diantaranya panglima Laot, panglima uteun (hutan) dan keujrun blang,” kata Sulaimi
Selain itu, rombongan pawai juga menyemarakkan dengan menampilkan sebuah atraksi likok pulo yang diiringi dengan musik serune kalee di hadapan para pejabat utama Aceh.
“Karena, selain peserta pawai, persembahan atraksi likok pulo merupakan salah satu pelestarian lingkungan dengan memperlihatkan komitmen terhadap keberlangsungan dan membawa pesan-pesan perlindungan lingkungan sebagaimana kekayaan alam Aceh Besar yang perlu dilestarikan untuk diwariskan kepada generasi mendatang,” pungkasnya. (*)