JAKARTA – Kekhawatiran investor mengenai pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke depan memicu guncangan di pasar keuangan domestik. Rupiah bahkan terdepresiasi ke level Rp16.400 per dolar AS.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui perhatian investor tersebut, namun menegaskan bahwa APBN masih berada dalam kondisi aman. Hal ini terlihat dari defisit yang masih di bawah batas maksimum 3% dari PDB.
“APBN 2024 yang saat ini sedang berjalan akan kami kelola dengan hati-hati. Beberapa faktor yang bergerak seperti nilai tukar, harga minyak, dan yield Surat Berharga Negara (SBN) pasti mempengaruhi postur APBN, dan kami sudah memantau implikasi pembiayaan dari hal tersebut,” jelas Sri Mulyani di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/6/2024).
Untuk APBN 2025 yang akan dijalankan oleh Presiden Terpilih Prabowo Subianto, defisit dipatok dalam rentang 2,21-2,8%. Rentang ini memberikan keleluasaan bagi pemerintahan baru untuk menjalankan program-programnya.
“Ini memberikan rentang yang lebih luas. Artinya, kita mampu menjaga kebijakan fiskal yang hati-hati dan berkelanjutan, sambil tetap mengakomodasi program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintahan baru pada 2025,” terangnya.
Pemerintah juga memiliki cadangan anggaran yang dapat digunakan dalam situasi mendesak.
“Tahun lalu, cadangan anggaran mencapai Rp100 triliun yang kami gunakan untuk menurunkan kebutuhan pembiayaan melalui pasar, sehingga bisa menjaga yield SBN meskipun ada kenaikan, tetap pada level yang baik,” pungkasnya. (*)
Sumber: CNBC Indonesia