ACEH TENGGARA – Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh, berkolaborasi dan mengajak mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Gunung Lauser membantu pemerintah mencegah dan menurunkan stunting di desa pengabdian mereka.
Hal itu disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Husni Thamrin, SE, MM, saat menghadiri kegiatan pelepasan sebanyak 42 mahasiswa KKN Tematik yang digelar di Gedung Serba Guna Universitas Gunung Lauser, pada Selasa (8/8/2023) di Kutacane.
Turut hadir, Koorinator Dalduk Perwakilan BKKBN Aceh, Nurzikrahayati, Ketua PJK Aceh Tenggara yang juga mantan Kepala BKKBN Aceh, Sahidal Kastri, Rektor UGL, Dr Indra Utama,M.Pd dan pejabat dijajarannya, dan Kepala OPD KB Aceh Tenggara (Agara), Budi Afrizal.
Dalam arahannya, Plt Kaper BKKBN Aceh, mengatakan, pada 2022 hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukan bahwa prevalensi stunting di Aceh hanya turun dua digit dari tahun sebelumnya. Yaitu pada 2021, angka stunting Aceh berada pada angka 33, 2% dan turun menjadi 31,2 %.
Meski turun dua digit, namun, kata Husni Thamrin, ada 10 kabupaten/kota di Aceh yang justru awalnya prevalensi stunting menurun pada 2021 dan malah naik berapa digit pada 2022. Ia mencontohkan seperti Kota Banda Aceh, pada 2021 berada diangka 23,4% dan pada 2022 naik menjadi 25,1%. Begitupun Aceh Tenggara, dari 34,1% pada 2021 dan naik menjadi 36,7% pada 2022.
“Saat kita melakukan intervensi kepada satu anak stunting, tetapi kemudian yang terjadi, intervensi berhasil dilakukan, namun lahir 10 anak stunting baru. Nah, di sini, kita menyadari perlu melakukan pencegahan dari hulu ke hilir. Adik-adik ini semua suatu hari nanti akan menikah dan mempunyai anak. Kita berharap anak-anak yang dilahirkan nanti tidak stunting,” kata Husni Thamrin.
Untuk itu, lanjut Husni Thamrin, BKKBN dan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten/kota, perlu secara terus menerus memberi pemahaman bagaimana cara mencegah stunting dari hulu hingga ke hilir. Dengan mempersiapkan kehidupan berkeluarga hingga merencanakan kehamilan dan melahirkan bayi yang sehat dan tidak stuntin pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan)
“Jika adek-adek semua sudah memahami penyebab stunting dan bagaimana cara pencegahannya, serta dampaknya. Sebagai perpanjangan tangan, bantu kami, memberi pemahaman kepada masyarakat di desa pengabdian, kepada keluarga kita atau masyarakat dilingkungan tempat tinggal kita, bagaimana merubah prilaku hidup bersih dan sehat. Karena penyebab stunting itu banyak, terkait pola makan, kekurangan gizi, anemia, sanitasi tidak layak, air yang dikonsumsi tidak bersih, tidak ada jamban, masih BAB sembarangan,dan lingkungan yang jorok,” ujarnya.
Ia kembali menyebutkan, Kabupaten Aceh Tenggara prevalensi stunting hasil SSGI 2021 dari 34,1% , naik menjadi 36,7% pada 2022. Artinya ada kenaikan jumlah anak stunting di Aceh Tenggara yaitu sebesar 2,6 persen.
Kita berharap hal ini bisa menjadi perhatian kita bersama. Sebab tugas menurunkan stunting bukan hanya tanggungjawab pemerintah tetapi menjadi tanggungjawab kita bersama. Sebab ini masalah daya saing dan kualitas SDM kita di masa yang akan datang,” tutur Husni Thamrin.
Ia menyebutkan ada tiga hal yang perlu kita lakukan yaitu pendekatan dari hulu Ke hilir kemudian pendekatan sensitif dengan spesifik yang kita laksanakan secara bersama sama selama ini baik itu dari Dinas kesehatan, Dinas PUPR, Dinas sosial, OPD KB, dan Dinas terkait lainya yang melakukan secara konvergensi bersama-sama menurunkan stunting.
Sementara itu, Rektor Universitas Gunung Leuser,Dr. Indra Utama,M.Pd, saat membuka kegiatan, mengharapkan kepada seluruh mahasiswa KKN Tematik di kampusnya, agar ikut membantu dan betul-betul menyampaikan kepada masyarakat, terkait isu nasional ini. Apalagi, Aceh pada 2022 ini masih berada di peringkat ketiga di Indonesia, provinsi dengan pravelensi stunting tertinggi.
“Sampaikan yang baik-baik kepada masyarakat, bahwa stunting bisa dicegah, dengan memperbaiki prilaku hidup bersih dan sehat. Jika tidak dicegah, kita akan kehilangan sumber daya manusia yang unggul. Generasi kita kalah bersaing dengan daerah maupun negara lain,” kata Rektor.
Ia mengatakan, percepatan penurunan stunting secara umum merupakan program nasional yang menjadi tanggung jawab bersama sama dari pusat sampai ke daerah. Sebagaimana arahan presiden pemerintah telah menetapkan di tahun 2024 prevalensi Stunting turun menjadi 14%.
“Nah, ini harus tersosialisasi dengan baik kepada masyarakat bagaimana gizi Ibu Hamil harus dijaga, bagaimana pola asuh yang baik dan sehat kepada bayi, agar tidak kurang gizi dan stunting. Ibu hamil itu gizi nya harus seimbang, setelah melahirkan juga jangan sampai kurang gizi karena menyusui. Sampaikan bahwa bayi harus diiberi ASI ekslusif selama dua tahun,” katanya lagi.
Selanjutnya ia menyampaikan, paling utama yang harus menjadi perhatian, jika stunting bisa dihilangkan, akan lahir anak-anak yang cerdas, sehat, dan berkualitas. Harapan Indonesia 2045, menjadi negara yang maju dan unggul. “Mari kita mempersiapkan generasi emas untuk Indonesia maju dan unggul. Nol kan stunting,”pungkasnya. (r/mel)